SURABAYA – Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali lolos pendanaan penelitian lewat Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Ditjen Diktiristek. Mereka adalah Philipus Mikhael Priyo Nugroho, Jihan Amirotul Farikhah, Putri Audy Fahira, Gita Adjipersadani, dan Amouda Laula Nafila.
Dalam PKM Riset Sosial Humaniora itu, kelimanya mengusung proposal berjudul Bencana Iklim Domestik sebagai Hasil Proliferasi Penggunaan Rute Perdagangan Maritim Kawasan Arktik dalam Upaya Nasional Indonesia Merealisasikan SDGs Ke-13.
Philipus Mikhael Priyo Nugroho atau kerap disapa Miko selaku ketua tim memaparkan bahwa fokus penelitian mereka adalah untuk mengerti serta menilai ketepatan dari kebijakan Indonesia tentang Kutub Utara. Mereka menyorot aspek lingkungan, perubahan iklim, serta pengaruh proliferasi-intensifikasi-penggunaan jalur perdagangan maritim di kawasan Kutub Utara.
“Selepas evaluasi kebijakan tersebut kami lakukan, poin-poin bermasalah hingga saran yang sanggup kami berikan akan kami himpun ke dalam suatu risalah kebijakan (policy brief), ” tegas Miko pada Kamis (18/8/2022).
Amouda Laula Nafila atau Lula salah satu anggota kelompok mengatakan, perubahan iklim dan pencairan es di kawasan Kutub Utara memiliki dampak hingga Indonesia. Pencairan es dalam jumlah massif mengakibatkan peningkatan air laut. Bukan hanya di sekitar episentrum pencairan, melainkan hingga negara-negara kepulauan.
Lula menambahkan, Indonesia telah dan akan terus terdampak akibat fenomena ini. Prediksi menyebutkan, pada pertengahan abad ini seluruh es Kutub Utara akan mencair dan Indonesia tenggelam pada tahun 2100.
Rute dagang di kawasan Kutub Utara. (Foto: JejakTapak).
Bicara mengenai Kutub Utara, sejatinya banyak pulau, lautan, serta delapan negara-bangsa yang berisi masyarakat adat dan modern. Gita, anggota kelompok yang lain, menerangkan hal tersebut. Di antara kondisi geografis tersebut terdapat rute laut yang digunakan sebagai jalur perdagangan atau lahan proyek pengeboran lepas pantai. Proyek sejenislah yang kemudian mempercepat laju pencairan es dimana dampaknya akan dirasakan negara yang jauh seperti Indonesia.
“Indonesia seharusnya mampu mengembangkan suatu strategi yang dapat beradaptasi terhadap ancaman tersebut, ” ujar Putri, anggota lainnya.
Mendukung Pembangunan BerkelanjutanPutri juga menambahkan bahwa penelitian mereka berkaitan erat dengan Sustainable Development Goals (SDG) nomor 13, yaitu Climate Action. Aspek ini menegaskan bahwa tidak akan ada pertumbuhan berkelanjutan tanpa memperhatikan kebutuhan lingkungan hidup. Strategi Arktik yang berbasis tujuan ke-13, mengingat kondisi perubahan iklim Arktik, perlu dikembangkan dalam kebijakan Indonesia.
Baca juga:
Gempa Magnitudo 4,0 Guncang Sumenep Hari Ini
|
Jihan yang juga menjadi bagian dari tim berharap penelitian mereka mampu meningkatkan riset soal Arktik di Indonesia yang kurang memadai. Selain itu, penelitian ini juga mampu membantu pemerintah dalam memformulasikan kebijakan terkait Arktik. Lantaran, seringkali pemerintah abai meskipun dampaknya telah nampak.
“Penelitian ini juga menjadi edukasi kepada masyarakat terkait dampak dari pencairan es di Arktik yang mengakibatkan bencana iklim domestik di Indonesia, ” tutur Jihan.
Sebagai informasi, PKM-RSH merupakan ajang dimana mahasiswa diharapkan mampu mengkritisi fenomena yang ada di masyarakat dengan pendekatan keilmuan yang tepat. Miko dan tim juga mendapat bimbingan dari M Muttaqien SIP MA PhD, salah satu dosen ternama HI UNAIR, dalam penyusunan proposal ilmiah tersebut. (*)
Penulis: Deanita Nurkhalisa
Editor: Binti Q. Masruroh