SURABAYA - Prof Dr Siprianus Ugroseno Yudho Bintoro dr SpPD-KHOM FINASIM resmi dikukuhkan menjadi guru besar pada Rabu (16/2/2022). Dalam pidatonya, ia membahas terkait penelitian terkait Peranan Transplantasi Sel Punca Darah (Peripheral Blood Stem Cell Transplantation) Secara Autologous. Hal tersebut diperuntukkan sebagai upaya terkini meningkatkan harapan hidup pasien multiple myeloma (MM).
Siprianus menjelaskan bahwa penyakit MM adalah keganasan darah yang berasal dari sel plasma yang ditandai dengan proliferasi klonal sel plasma ganas di sumsum tulang. Dampak dari penyakit ini adalah gagal ginjal, hiper viskositas, dan hiperkalsemia. Ia menambahkan bahwa kejadian MM didapatkan sekitar 10?ri semua kejadian keganasan darah. Faktor-faktor seperti genetik, jenis kelamin, ras, lingkungan pekerjaan, dan kesehatan tubuh dapat berperan untuk meningkatkan resiko seseorang terjangkit MM.
“Manifestasi gejala dari MM bervariasi, dari yang asimtomatik (tak bergejala) hingga gejala berat CRAB (hyperCalcemia, Renal failure, Anemia, dan lytic Bone lesion). Prinsip-prinsip pengobatan MM yang ada sekarang adalah berupa terapi suportif, simptomatis, dan terapi etiopatogenesis seperti kemoterapi, imunoterapi, dan transplantasi sumsum tulang, ” ujar dokter spesialis penyakit dalam itu.
Transplantasi sumsum tulang itulah yang dijadikan titik fokus penelitian Siprianus. Ia menjelaskan bahwa pengambilan sel punca darah diambil dari sumsum. Mengingat bahwa transplantasi sel punca ini secara autologus, maka sel punca yang diambil adalah dari pasien itu sendiri. Siprianus memaparkan bahwa model terapi ini sudah dipraktikkan dalam dunia medis sejak tahun 1980an, namun praktiknya di Indonesia masih dapat terbilang sangat baru.
Baca juga:
Vaksin Booster Itu Penting, Apa Alasannya?
|
“Terapi transplantasi sel punca autologus merupakan terapi pilihan pertama untuk pasien MM yang eligible untuk transplantasi. Hal ini dikarenakan ia menghasilkan respon terapi remisi komplit yang lebih tinggi dan event-free survival (EFS) yang lebih lama dibandingkan kemoterapi konvensional, dan pada beberapa penelitian meningkatkan overall survival (OS), ” tutupnya.
Penulis: Pradnya Wicaksana
Editor: Khefti Al Mawalia